Khutbah Jum'at Menyambut Bulan Ramadhan 1434 H
………………………. أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ .يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء
وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ
عَلَيْكُمْ رَقِيباً
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً .
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً ,أَمَّا
بَعْدُ،
Kaum muslimin Jamaah
shalat Jumat yang dirahmati Allah.
Kembali saya
disini sebagai khotib pengganti, maka saya berwasiat untuk diri saya pribadi
dan juga untuk para jama’ah sekalian, tak henti-hentinya dalam setiap jum’at
diwasiatkan kepada kita untuk terus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita
kepada Allah Swt, karena dengan modal iman dan taqwa lah kita semua akan
bahagia di dunia dan di akhirat.
Alhamdulillah,
kita bersyukur kepada Allah karena di hari yang mulia ini kita dikumpulkan
untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Hari Jumat
merupakan hari raya kaum muslimin dalam setiap pekannya.
قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا
هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah,
‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”
(QS. Yunus: 58)
Kaum muslimin yang
dirahmati Allah Swt
Beberapa hari
yang lalu kita telah melewati nisfu sya’ban tepatnya pada 15 Sya’ban 1433 H,
itu berarti hanya tinggal 15 hari lagi bulan suci Ramadhan akan datang
menjumpai kita, bulan yang mulia, yang diharapkan oleh orang-orang shalih
perjumpaan dengannya. Di bulan tersebut, seseorang bisa mengumpulkan pahala
yang banyak dengan waktu yang singkat demi mencapai kedudukan yang mulia di
sisi Allah Ta’la.
Sejenak,
marilah kita introspeksi, sudah berapa kali kita mendapati Ramadhan. Namun, apakah kita telah meraih
pelajaran-pelajaran berharga dari bulan Ramadhan?! Sudahkah Ramadhan membuahkan perubahan dalam
pribadi kita ataukah hanya sekedar rutinitas belaka yang datang dan berlalu
begitu saja?!
Oleh karenanya,
perkenankanlah saya pada khotbah kali ini untuk menyampaikan pelajaran-pelajaran
di bulan suci Ramadhan. Bulan Ramadhan merupakan sekolah keimanan dan bengkel
yang sangat manjur bagi orang yang mengetahuinya. Banyak sekali pelajaran yang
dapat diambil darinya, di antaranya:
Ikhlas
Ikhlas
merupakan fondasi pertama diterimanya suatu amalan ibadah seorang hamba. Dalam
ibadah puasa secara khusus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من صام رمضان إيمانا واتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barang siapa
berpuasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala
Allah, maka akan diampunilah dosanya yang telah lalu.” (HR. bukhori dan Muslim)
Demikian pula
dalam setiap amal ibadah kita, marilah kita ikhlaskan murni hanya untuk Allah
semata sehingga kita tidak mengharapkan selain Allah. Ingatlah bahwa sebesar
apa pun ibadah yang kita lakukan tetapi bila tidak ikhlas mengharapkan wajah
Allah maka sia-sia belaka tiada berguna.
Dalam sebuah
hadis riwayat Imam Muslim no. 1905 dikisahkan bahwa tiga golongan yang pertama
kali dicampakkan oleh Allah adalah mujahid, pemberi shodaqoh, dan pembaca
Alquran. Perhatikanlah, bukankah jihad merupakan amalan yang utama?! Bukankah
shodaqoh dan membaca Alquran merupakan amalan yang sangat mulia? Namun, kenapa
mereka malah dicampakkan ke neraka?! Jawabannya, karena mereka kehilangan
keikhlasan dalam beramal.
Mutaba’ah
Mengikuti sunah
merupakan fondasi kedua untuk diterimanya suatu ibadah. Betapa pun ikhlasnya
kita dalam beribadah tetapi kalau tidak sesuai dengan sunah Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam maka tertolak dan tidak diterima. Oleh karenanya, dalam
berpuasa kita meniru bagaimana puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti
mengakhirkan sahur dan bersegera dalam berbuka.
Demikian pula
dalam setiap ibadah lainnya, marilah kita berusaha untuk meniru agar sesuai
dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga amal kita
tidak sia-sia belaka.
Benarlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa setiap kebaikan dan
kejayaan hanyalah dengan mengikuti sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
walaupun terkadang akal belum menerima sepenuhnya.
Dalam Perang
Uhud, kenapa kaum muslimin mengalami kekalahan? Jawabannya, karena mereka tidak
taat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karenanya, apabila kita
menginginkan kejayaan maka hendaknya kita menghidupkan dan mengagungkan sunah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan malah merendahkan dan melecehkannya!!
Takwa dan
Muroqobah
Meraih derajak
takwa merupakan tujuan pokok ibadah puasa. Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Takwa artinya
takut kepada Allah dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua
larangan-Nya sesuai dengan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh
karenanya, marilah kita koreksi dan bertanya pada hati kita masing-masing,
apakah kita bertujuan hendak meraih tujuan puasa ini?! Akankah kita memetik
buah ketakwaan ini?! Ataukah kita puasa hanya menjalaninya dengan anggapan
sekadar rutinitas saja?!
Seorang yang
berpuasa tidak akan berbuka sekalipun manusia tidak ada yang mengetahuinya
karena merasa takut dan merasa diawasi oleh Allah dalam gerak-geriknya.
Demikianlah hendaknya kita dalam setiap saat merasa takut dan diawasi oleh
Allah di mana pun berada dan kapan pun juga, terlebih ketika kita hanya seorang
diri. Apalagi pada zaman kita ini, alat-alat kemaksiatan begitu mudah
dikonsumsi, maka ingatlah bahwa itu adalah ujian agar Allah mengetahui siapa di
antara hamba-Nya yang takut kepada-Nya.
Konsisten/Terus
di Atas Ketaatan
Ibadah puasa
mengajarkan kepada kita untuk tetap konsisten dalam ketaatan. Oleh karena itu,
perhatikanlah hadis berikut:
“Dari Aisyah
radhiallahu ‘anha berkata, ‘Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila
memasuki sepuluh akhir bulan Ramadhan maka beliau bersungguh-sungguh ibadah,
menghidupkan malam, dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Demikianlah
suri teladan kita, justru lebih bersungguh-sungguh di akhir Ramadhan, bukan terbalik seperti kebanyakan di antara
kita, di awal Ramadhan kita
semangat tetapi di akhir-akhir Ramadhan sibuk dengan baju baru, kue lebaran, dan
hiasan rumah.
Maka mari kita persiapkan
diri kita dengan sebaik-baiknya menjelang Ramadhan yang tinggal 12 hari lagi. Jangan sampai kita
hanya melewatinya sebagai rutinitas tahunan dan membiarnya berlalu tanpa makna
yang spesial. Itulah beberapa pelajaran Ramadhan yang bisa kita ambil hikmahnya,
semoga dapat kita pahami, menjadi motivasi, dan dapat kita wujudkan dalam
kehidupan sehari-hari. Amin.
أقول قولي هذا، وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين
والمسلمات، فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
http://rifqimiftahulamili.blogspot.com