Tuesday, January 24, 2017

Kunci Kebahagiaan Perkawinan


Kunci Kebahagiaan Perkawinan

Pertama, Perkawinan adalah Amanat Allah SWT, maka jagalah amat Allah itu sekuat-kuatnya dan seteguh-teguhnya, karena setan akan berusaha dengan seribu satu macam cara untuk menghancurkan perkawinan tersebut.
Inilah ujian terberat dalam kehidupan, mejaga amanah Allah SWT dalam bentuk perkawinan, dan ini memang tidak mudah, banyak sekali orang yang gagal mempertahankannya, karena setan terus saja menggoda pasangan suami istri untuk terjerumus kedalam lembah yang hina dina, yang ujung-ujungnya perceraian.
Maka sering dijumpai pasangan suami istri terus saja digoda atau tergoda oleh lingkungan disekitarnya, baik yang berada dalam dunia nyata ataupun dunia maya, ini banyak terjadi gara-gara jaringan social, FB, Twitter dan lain sebagainya, suami istri bisa bubar. Setan memang punyak banyak sekali cara agar suami istri pecah berantakan.
Itulah sebabnya pertolongan Allah SWT harus terus menerus dipanjatkan kepadaNya, karena tanpa pertolonganNya pasangan suami istri tidak bertahan lama, bisa bubar di tengah jalan, dan itu tak pandang usia perkawinan, tak ada jaminan yang sudah bertahun-tahun terus langgeng.
Kedua, Perkawinan adalah Sunnah RosulNya yang harus diikuti yang harus diikuti perasaan memiliki dan bertanggung jawab terhadap keutuhan rumah tangga, demi terciptanya panji-panji Illahi.
Perkara yang satu inipun tak mudah, memang sunnah rosulullah, namun kerena persoalan kehidupan yang terkadang rumit dari segi ekonomi, social, budaya dan lain sebagainya, banyak orang yang tak sempat menjalankannya, bahkan ada yang sampai akhir hayatnya tetap membujang, bukan tak mau menjalankannya, namun berbagai factor menghambatnya menuju kepelaminan.
Maka bagi yang sudah berumah tangga, yang sudah menjalankan sunnah rosulNya harus terus menerus dipelihara, lagi-lagi setan berada di sekeliling rumah tangga tersebut, prahara yang terjadi pada sebuah rumah tangga adalah sesuatu yang sangat disukai oleh setan laknatullah, semakin tak bahagia sebuah rumah tangga, setan semakin senang, karena dalam rumah tangga yang tak bahagia adalah pintu terbesar yang dapat dimasuki oleh setan untuk menghancurkan rumah tangga tersebut, maka waspadalah.
Ketiga,  Perkawinan adalah bahtera rumah tangga yang melaju di samudera kehidupan yang sangat luas, mengarungi ombak kehidupan menuju Pantai Illahi Robbi yang penuh ridho dan diridhoiNya.
Perkara yang ketiga inipun, bukan main susahnya, menuju Pantai Illahi Robbi, pantai yang penuh dengan kedamaian, ketenangan, kebahagiaan, penuh ridho dan ampunanNya, bagi sebuah rumah tangga di zaman yang kata orang zaman edan ini, sangat besar sekali godaannya, dan repotnya godaan tersebut ada di sepanjang jalan kehidupan rumah tangga, bila tak pandai-pandai meniti buih di tengah gelombang lautan  kehidupan ini, bisa saja biduk rumah tangga hancur berantakan ditimpa badai yang dasyat.
Pantai Illahi Robbi adalah tempat yang sarat dengan ujian, cobaan, rintangan, halangan dan lain sebagainya, ini harus dilalui oleh pasangan suami istri, yang dari awalnya memang sudah beda, baik watak, sipat, kelakuan, gaya bicara dan lain sebagainya. Maka bila yang ditonjolkan adalah perbedaannya, ini biang komplik! Yang dicari adalah persamaan-persamaan, betapapun kecilnya.
Tidak mudah memang, namun bukan berarti tidak bisa! Niat yang tulus ikhlas dalam berumah tangga adalah kunci utama atau perahu yang kokoh untuk terus berlayar dalam lautan yang luas menuju pantai kebahagiaan yang telah disediakan bagi suami istri yang sholeh dan sholeha, bagi suami istri yang beriman dan bertaqwa kepadaNya dan terus menerus menjaganya sampai akhir hayat.
Kempat, Perkawinan adalah simpul yang sangat kuat, karena diikat langsung oleh Kalimat Illahi yang mengikat dua hati, dua jiwa menjadi satu dalam bahtera rumah tangga, dimana sang suami menjadi kepala rumah tangga dan sang istri mendampinginya.
Dengan kalimat Illahi suami istri yang tadinya dua manusia yang berbeda satu sama lain, diikat atau disatukan dalam rumah tangga, dengan demikian ikatan ini tak sembarangan, karena ikatannya berupa dua kalimat syahadat yang diucapkan saat ada ijab Kabul diantara keduanya. Dengan ikatan syahadat ini suami istri selalu diingatkan untuk terus menerus memperbaharui keimanan masing-masing.
Karena keimanan seperti gerak gelombang, kadang naik, kadang turun, ini memang menjadi ciri keimanan manusia kebanyakan. Keimanan malaikat stabil, lurus terus. Keimanan para rosul naik terus, sedangkan keimanan setan turun terus. Jadi keimanan manusia, dalam hal ini suami istri,  berada diantara keimanan yang penuh dengan gerak, dan gerak itu bisa turun dan bisa naik.
Untuk itulah sepasang suami istri harus terus menerus saling mengingatkan satu sama lain, agar ikatan perkawinan tersebut tidak putus di tengah jalan. Untuk itu bila terlihat keimanan suami agar kendor, sang istri wajib mengingatkan, begitu juga sebaliknya bila keimana istri merosok karena cobaan atau ujian, sang suami wajib mengingatkan. Jadi kunci saling mengingatkan diantara suami istri itu penting.
Kelima,  Perkawinan adalah Taman Illahi, tempat berbagi, bercerita, bercengkrama, bercinta dan berkasih sayang antara suami istri dengan penuh keikhlasan, kesabaran, ketabahan dan kebenaran.
Di Taman Illahi ini, taman yang dibangun berupa rumah tangga ini, adalah tempat yang paling indah dalam kehidupan di dunia, karena tak ada kecantikan dunia yang dapat mengalahkan istri yang sholeha. Nah istri yang sholeha bila berada dalam rumah tangga yang sakinah,  mawadah, warokhmah merupakan taman yang sangat indah, yang membuat suami kerasan tinggal di dalamnya.
Taman Illahi ini memang tak sembarangan, taman ini menjadi indah bila diisi oleh suami istri dan anak yang semua tunduk dan taqwa kepada Allah SWT. Rumah tangga yang penuh denga rasa kasih saying, saling cintai mencintai,  penuh dengan keikhlasan dan kesabaran, maka dengan sendirinya taman itu telah terbentuk. Dan uniknya taman ini bukan karena kekayaan harta benda, tapi kaya dengan hati yang lapang.
Harta bukan segalanya, namun bagi suami istri yang dapat mengisi taman-taman tersebut dengan penuh senyum, tawa, berbagi dan saling nasehat menasehati dalam kesabaran, maka harta bukan satu-satunya factor kebahagiaan.
Keenam, Perkawinan adalah Karunia Illahi yang diberikan kepada mereka yang mau berbagi kepada sesamanya dalam suka maupun duka, dan yang berusaha menekan egonya sendiri demi kebahagiaan bersama.
Karunia Illahi ini benar-benar terasa bagi sepasang suami istri, karena orang-orang yang beriman bila melakukan pernikahan separuh agamanya telah selamat, dan ini karunia yang sangat besar yang telah diberikan pada sepasang suami istri. Karena memang tak semua orang mendapatkan karunia yang besar ini.
Hebatnya lagi karunia Allah SWT ini nampak nyata saat melakukan kewajiban suami istri dan itu mendapat pahala! Coba itu, melakukan kewajiban suami istri itu dapat pahala, surga dunia itu diberikan pada sepasang suami istri, halal dan berkah! Dan hal tersebut tak dapat dilakukan oleh orang-orang yang masih bujangan, jangan lupa yang halal.
Ketujuh, Perkawinan adalah Lembaga Illahi yang menaungi jiwa raga suami, istri dan anak, demi terwujud keluarga yang sakinah, keluarga yang penuh ridho dan ampunanNya, keluarga yang penuh lindungan dan rakhmatNya.
Yang terakhir ini merupakan lembaga yang sangat baik untuk membina insan-insan yang muncul pada keluarga, karena keluarga adalah lembaga social terkecil, namun yang paling utama dan pertama untuk mendidik anak-anak sebagai generasi masa depan, yang  bukan hanya meneruskan terjadinya regenerasi dalam rumah tangga, juga regenerasi bagi masyarakat, bangsa, negara dan agama.
Dengan demikian lembaga Illahi yang telah terbentuk dalam sebuah rumah tangga harus terus menerus dijaga keutuhannya, karena dalam rumah tangga inilah amanah Allah di berikan kepada sepasang suami istri. Amanah Allah ini harus dijaga, dipelihara agar tetap di jalan yang dirihoiNya. Jalan yang penuh ridho dan ampunanNya.https://www.eramuslim.com

 Semua Keadan membawa kebaikan

Tiada apapun yang bisa lahir dari keimanan kecuali kebaikan. Peristiwa seperti apapun, kecil ataupun besar, ringan maupun berat, jikalau dihadapi dengan keimanan maka yang hadir adalah kebaikan.
Rosululloh Saw. bersabda, “Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada diri orang beriman; yaitu jika dia mendapatkan kesenangan maka dia bersyukur, sehingga itu menjadi kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan maka dia bersabar, sehingga itupun menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Oleh karenanya, bukan ciri keimanan jika ditimpa kepahitan kemudian berlama-lama meratapi keadaan, berlama-lama dalam kesedihan dan putus asa. Apalagi jika sampai mengutuki keadaan dengan sumpah-serapah yang tiada berguna. Selain menguras tenaga dan tidak dapat mengubah keadaan, sikap-sikap seperti ini juga bukan sikap yang diridhoi oleh Alloh Swt.
Orang yang beriman akan tetap tegak berpegang teguh kepada Alloh Swt. meski berbagai kenikmatan dan kesenangan datang menghampirinya. Ia tidak mudah goyah terbuai dengan semua itu. Senang dan gembira yang ia rasakan segera ia kembalikan kepada Alloh dengan penuh syukur karena ia yakin semua itu terjadi pasti atas izin Alloh. Demikian halnya dengan kesedihan dan ketidaksenangan yang ia rasakan segera ia kembalikan kepada Alloh dengan penuh sabar karena ia yakin hanya Alloh yang Maha Kuasa atas segala kejadian. Dan, hanya Alloh yang bisa dijadikan tempat berlindung dan memohon pertolongan.
Maasyaa Alloh! Kemudahan dan kesulitan yang datang adalah lumbung pahala bagi orang yang beriman. Keimanan akan membawa kita pada kebahagiaan hidup di akhirat, dan kebahagiaan itu sudah didapatkan oleh orang beriman sejak di dunia. Semoga kita termasuk orang-orang yang bahagia di dunia dan akhirat. Aamiin yaa Robbal’aalamiin.https://www.facebook.com

Monday, January 23, 2017

PERSOALAN HIDUP ADALAH KARUNIA

 

PERSOALAN HIDUP ADALAH KARUNIA

Semoga Alloh Swt. senantiasa membimbing kita dengan hidayah-Nya, sehingga kita sentiasa bisa menghadapi berbagai persoalan hidup ini dengan sikap-sikap yang disukai oleh Alloh. Karena sesungguhnya hidup di dunia ini adalah perpindahan dari satu persoalan ke persoalan yang lain. Bahkan tidak jarang kita menghadapi banyak persoalan secara bersamaan.
Namun, yang perlu terus kita sadari adalah bahwa persoalan yang sebenarnya bukan terletak pada persoalan itu sendiri, tapi pada cara menyikasi persoalan. Contohnya adalah ketika ujian sekolah, yang membuat kita tidak lulus ujian itu bukanlah soal-soal ujiannya melainkan jika salah jawabannya. Apakah ujian ini berbahaya? Sama sekali tidak, karena ujian adalah jalan menuju peningkatan kualitas diri menuju level yang lebih tinggi.
Demikian pula dengan persoalan atau ujian dalam hidup ini. Oleh karena itu, tidak perlu khawatir akan datangnya persoalan dalam hidup, tapi khawatirlah jika salah menyikapinya. Karena jika benar menyikapinya, maka derajat kita akan naik lebih tinggi. Sedangkan jika salah menyikapinya, maka derajat kita akan stagnan, bahkan bisa jatuh lebih rendah.
Alloh Swt. berfirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al Ankabut [29] : 2-3)
Dalam ayat ini Alloh Swt. mengingatkan kepada kita bahwa persoalan hidup adalah keniscayaan. Dan bagi orang yang beriman, persoalan hidup akan datang sebagai jalan untuk memperkuat keyakinan kepada kekuasaan Alloh Swt. Jika kita membaca sejarah orang-orang yang beriman terdahulu, sejarah nabi Saw. dan para sahabat, maka persoalan yang kita hadapi saat ini tidaklah seberapa. Namun, seberat apapun persoalan yang dihadapi oleh mereka, maka akan semakin kuat keyakinan mereka kepada Alloh Swt. Dan, benar saja, kemenangan sejati kaum muslimin ternyata bisa diraih dengan sikap mujahadah, penuh perjuangan, kesabaran menghadapi persoalan hidup.
Maka, hikmah yang bisa kita petik adalah bahwa persoalan hidup mesti kita pandang sebagai karunia dari Alloh, sebagai jalan untuk makin dekat dengan-Nya. Sehingga kita bisa menyikapinya dengan sikap-sikap yang disukai oleh Alloh Swt. Dengan demikian, persoalan hidup yang dalam pandangan manusia adalah sesuatu yang memberatkan, justru bisa berbuah keadaan yang meringankan dan membahagiaan. Insyaa Alloh. Wallohua’lam bishowab.
 https://www.facebook.com

Sunday, January 22, 2017

sukses menurut pandangan islam

 

Sukses menurut pandangan islam

Setiap orang pasti ingin sukses. Namun, sukses seperti apa? Banyak orang beranggapan bahwa sukses itu dicirikan dengan harta kekayaan yang berlimpah, mobil yang mewah, jabatan yang mentereng, gelar yang berderet-deret atau popularitas yang luas. Inikah kesuksesan itu?
Saudaraku, sukses dalam pandangan manusia itu belum tentu sukses dalam pandangan Alloh Swt. Tapi, sukses dalam pandangan Alloh pasti sukses di dunia dan akhirat. Lalu sukses dalam pandangan Alloh itu seperti apa?
Alloh Swt. berfirman, “..Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Alloh ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Alloh Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurot [49] : 13)
Lalu seperti apa orang yang takwa itu? Takwa itu cirinya adalah akhlak mulia. Karena akhlak mulia merupakan buah dari akidah yang kokoh dan ibadah yang lurus kepada Alloh Swt. sesuai petunjuk Rosululloh Saw. Akhlak mulia merupakan tujuan dari diutusnya nabi Muhammad Saw. ke tengah-tengah umat manusia.
Sehingga percuma kalau banyak ilmu tapi akhlaknya buruk. Sia-sia saja kalau banyak harta tapi akhlaknya tercela. Tak berguna popularitas jika akhlaknya tak patut ditiru.
Maka, milikilah akhlak mulia karena inilah ciri dari kesuksesan seseorang di hadapan Alloh Swt. Semoga kita termasuk orang-orang yang sukses sejati, kesuksesan yang tak terbatas di dunia saja melainkan juga di akhirat kelak. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.
https://www.facebook.com

Thursday, January 19, 2017

Kemuliaan Manusia dengan Tawadhu


 TIADA KEMULIAAN TANPA TAWADHU

Rosululloh Saw. bersabda, “Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Alloh menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Alloh melainkan Alloh akan meninggikannya.” (HR. Muslim)
Tawadhu adalah sifat para nabi dan rosul. Tawadhu atau rendah hati bukanlah wujud kelemahan seseorang, melainkan justru bukti kekuatan. Seseorang yang memiliki ketawadhuan sama sekali tidak menjadikan dirinya rendah dan lemah. Seorang yang pemaaf adalah hakikatnya adalah sosok yang memiliki kekuatan besar di dalam dirinya sehingga ia bisa mengalahkan bisikan syaitan yang mengajaknya untuk marah dan dendam. Seorang yang hidup secara sederhana padahal ia mampu untuk bermewah-mewahan justru adalah orang yang hakikatnya kaya raya, karena ia memiliki kekayaan hati yang menghindarkannya dari kemubadziran.
Lihatlah sosok manusia paling mulia, kekasih Alloh Swt., nabi Muhammad Saw. Beliau adalah sosok pemaaf yang ketika pribadinya dihina dan disakiti seperti apapun, beliau senantiasa memaafkan dan mendoakan pelakunya supaya bertaubat dan mendapat hidayah. Beliau tinggal di rumah yang sederhana padahal posisinya lebih agung dari para kaisar dan raja. Beliau menjahit sendiri sandalnya dan tak pernah segan membantu pekerjaan istrinya di rumah. Maasyaa Alloh.
Demikianlah ciri dari pribadi yang mulia sejati. Pribadi tawadhu, mulia tanpa meminta dimuliakan, terhormat tanpa meminta untuk dihormati, karena Alloh Swt. yang memuliakannya di hadapan makhluk-makhluk-Nya.
Imam Asy Syafi’i ra. pernah menasehatkan, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya.”
Saudaraku, semoga kita tergolong orang-orang yang meneladani Rosululloh Saw. sebagai pribadi yang tawadhu. Sehingga kelak di akhirat, Alloh Swt. menempatkan kita di tempat orang-orang yang Alloh tinggikan derajatnya. Aamiin yaa Robbal’aalamiin
https://www.facebook.com

Monday, January 16, 2017

Dalil dan Hikmah Aktifitas Bercinta Khususnya di Hari Jum’at Pagi

dalil dan Hikmah Aktifitas Bercinta Khususnya di Hari Juma’at Pagi
GambarHari jumat memang berbeda. Rasulullah SAW pun menyebutnya dengan hari raya. Banyak amalan sunnah disyariatkan dengan pahala yang dilipat gandakan. Bahkan bukan hanya amalan yang terkait dengan ibadah dan sedekah, namun juga seputar kemesraan suami istri, atau lebih jauh lagi : berjimak (hubungan suami istri) di Jumat pagi.  Sebagian ada yang ragu-ragu tentang hal ini, sebagian yang lain menyambutnya dengan gembira dan bersemangat. Bahkan fenomena jumat yang mesra ini ditabuh begitu kencang di media sosial seperti facebook dan twitter. Akibatnya, banyak suami yang tambah menggebu, sebagaimana pula banyak istri yang malu-malu. Nah, perlu rasanya kita kupas sejenak tentang dalil dan hikmah dari aktifitas mesra suami istri khususnya di jumat pagi. Agar tak perlu lagi ada rasa ragu-ragu dan malu-malu dalam menjalaninya.
Dalil berhubungan suami istri di hari Jumat
Para ulama berbeda pendapat seputar anjuran berhubungan suami istri di hari jumat. Mereka yang mendukung mengambil pendapat yang tersurat dan tersirat dalam beberapa hadits. Dua riwayat shohih menyebutkan secara tersirat (isyarat), dan ada dua riwayat lemah yang menyebutkan secara tersurat nan jelas.
Pertama,  Riwayat Bukhori Muslim dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah SAW  bersabda, “Barangsiapa mandi di hari Jum’at seperti mandi janabah, kemudian datang di waktu yang pertama, ia seperti berkurban seekor unta… dan seterusnya (HR. Bukhari Muslim). Ibnu Hajar menyebutkan bahwa dari hadits diatas sebagian ulama menyebutkan adanya isyarat anjuran berjimak di hari Jumat, agar dapat mandi janabah setelahnya.
Kedua, Riwayat Aus bin Aus ra yang berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa memandikan (ghosala) dan mandi (igthasala) pada hari Jum’at, berangkat lebih awal (ke masjid), berjalan kaki dan tidak berkendaraan, mendekat kepada imam dan mendengarkan khutbahnya, dan tidak berbuat lagha (sia-sia), maka dari setiap langkah yang ditempuhnya dia akan mendapatkan pahala puasa dan qiyamulail setahun.” (HR. Abu Dawud,  Al-Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad dan sanad hadits ini dinyatakan shahih). Kalimat ghosala atau memandikan dalam lafadz hadits di atas, banyak diartikan oleh sebagian ulama dengan artian : memandikan istrinya yaitu membuat istrinya mandi karena berhubungan badan sebelumnya.
Ketiga, Riwayat yang lebih spesifik namun tidak terlampau kuat, disampaikan oleh Imam Suyuthi dalam Tanwir Hawalik, yaitu hadits : “ Apakah tidak mampu salah seorang dari kalian untuk menjimak istrinya setiap hari Jumat ?  Maka sesungguhnya ia akan mendapat dua pahala : pahala mandinya, dan pahala mandi istrinya. (HR Baihaqi dalam Syuabul Iman dari Abu Hurairah)
Keempat, Riwayat ini memberikan keutamaan secara khusus dan diibaratkan sebagai sebuah sedekah. Dari hadits ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bertanya pada seorang dari sahabat, beliau bertanya: “ Apakah engkau hari ini telah menjenguk orang sakit ? “. Sahabat tadi menjawab : “ belum”.  Rasulullah SAW bertanya : “ apakah sudah bersedekah”. Ia menjawab : “ belum”.  Rasul kembali bertanya: “ engkau sudah sholat jenazah?” . Ia menjawab kembali : “ belum”. Rasulullah SAW kembali bertanya : “ apakah engkau sudah berjimak dengan istrimu ? “. Ia menjawab : “ belum”. Lalu Rasulullah SAW melanjutkan : “Kalau begitu berjimaklah, karena itu sesungguhnya sedekah darimu bagi mereka (istrimu)”. (HR Thobroni dalam Al-Austah, Al-Haitsami mengatakan dalam kitab Majmu Zawaid : di dalam sanadnya ada an-Nashr bin Asim bin Hilal al-Bariqi yang aku tidak tahu, sedangkan sisanya adalah perawi terpercaya)
Nah empat riwayat diatas setidaknya yang menjadi acuan tentang anjuran bermesraan suami istri secara mendalam (berjimak), pada hari jumat pagi atau malam jumat. Tentu saja ini bukan sekedar soal hitam putih hukum dan dalil, karena secara umum ‘bersedekah’ kepada istri pada setiap waktu – kecuali yang terlarang seperti ramadhan, ihrom dan haidh-  adalah hal yang berpahala. Namun tentu perlu bagi kita untuk menelisik lebih jauh hikmah dari anjuran sedekah mesra di Jumat pagi.
Hikmah Anjuran Berhubungan Suami Istri di Jumat Pagi
Tentu selain mendapatkan pahala kemesraan, ada beberapa hal yang menjadi hikmah dari anjuran mesra ini, para ulama seperti Ibnu Hajar juga menyebutkan beberapa hal, saya tambahkan dan lengkapi menjadi hal-hal sebagai berikut :
Pertama, Lebih menenangkan Jiwa sehingga lebih siap untuk beribadah

Desakan gejolak seksual akan terasa sangat mengganggu bagi kaum pria, dan itu menjadi lebih tidak mengenakkan pada hari Jumat yang semestinya dioptimalkan dengan kekhusyukan beribadah. Karenanya gejolak tersebut perlu disalurkan lebih awal, agar jiwa lebih tenang pada hari yang tersisa.
Kedua, Lebih menundukkan pandangan saat di jalan
Diriwayatkan pada masa awal Islam kaum muslimah juga pergi keluar untuk mengikuti sholat Jumat berjamaah, karenanya hal tersebut menjadi ujian tersendiri bagi kaum laki-laki dalam menjaga pandangan di jalanan. Hari ini meskipun tidak banyak wanita yang mengikuti sholat Jumat di masjid, namun esensinya tak jauh berbeda karena di jalanan pun begitu mudah ditemui hal-hal yang mengganggu dan menggoda pandangan. Dengan telah berjimak di pagi hari maka hal-hal teknis semacam itu diharapkan bisa berkurang atau teratasi.
Ketiga, Lebih Sehat dan Bahagia di Hari Raya.
Hari Jumat adalah hari raya yang tidak hanya berisi ibadah semata, namun juga kebahagiaan nan penuh semangat. Karenanya dengan berhubungan badan suami istri di pagi hari, akan melahirkan sehat dan semangat yang berlebih untuk menyambut hari bahagia tersebut. Hal ini didukung dengan serangkaian penelitian soal tersebut, pakar kesehatan menyebutnya dengan morning sex. Dikatakan dalam sebuah situs kesehatan bahwa : “pasangan yang melakukan hubungan intim di pagi hari mampu meningkatkan suasana hati di siang hari. Tak hanya itu, hal ini juga mampu meningkatkan kesehatan kulit, rambut dan kuku. Estrogen kimia yang dilepaskan selama “sexy time” bisa membuat rambut lebih bersinar, kuku lebih kuat dan meningkatkan warna kulit. Para ahli juga mengatakan, tingkat testosteron pria mengalami lonjakan sepanjang malam saat tertidur, sehingga pagi hari sebenarnya para pria lebih cenderung berada dalam mood untuk bercinta. Bercinta di pagi hari juga membuat tubuh kita lebih sehat dan lebih bahagia, serta mampu membakar rata-rata 300 kalori per jam dan meningkatkan tingkat denyut jantung dan sirkulasi darah sambil menurunkan tekanan darah.”
Nah, akhirnya tak ada alasan lagi untuk tidak menyambut hari Jumat dengan penuh riang gembira. Bukan hanya ada dosa-dosa kecil yang berguguran di janjikan, namun sebentuk kemesraan nyata nan berpahala juga telah menunggu untuk ditunaikan.
Ayo semangat bercinta di hari jum’at brooooooow biar tambah banyak pahalanya…………..

Wassalam………https://subhancreative.wordpress.com

Wanita yangTidak Boleh Dinikahi

Wanita yang tidak tidak boleh dinikahi Menurut Islam Penulis H. TARMIZI ALFUJUDY Terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan demi terc...