KASIH SAYANG & CINTA MENURUT ISLAM
Assalamualaikum..Wr,Wb.
Terima kasih sebelumnya telah segan untuk mampir di Blog saya,semoga dapat bermanfaat,amin,Kali Ini saya akan Membahas dan mengulas tentang kasih sayang & cinta menurut islam,kasih sayang & cinta sudah tidak asing lagi kita dengarkan,baik dari kalangan remaja,dewasa,bahkan sampai lansia.
akan tetapi barang kali di antara kita ada yg belum tau atau faham apa sih makna,arti,bagaimana kasih sayang yg sebenarnya menurut islam,.
apa sih itu cinta ?semua orang dan para ahlinya pastilah memliki pendapat dan pemikiran yang berbeda-beda. Kalau menurtku pribadi cinta itu ya cinta, saya sendiri juga bingung mengartikan apa yang namanya cinta itu. Namun cinta itu akan selalu ku berikan dan hanya untuk Allah SWT dan Rasulullah SAW lah cinta abadi itu.Cinta yang juga selalu ku berikan untuk ke dua orang tua ku terutama emak ku, hehehe …….., keluarga ku, sahabatku, orang di sekitarku, dan masih ada tanda tanya besar untuk cinta yang ku berikan kepadanya (halahhh paling an cuman cinta monyet biasa, yang penting kerja nyari duit yang banyak dulu, hehehe malah curhat). Menurut id.wikipedia.org Cinta itu adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan kasih sayang terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
ada yg Bilang cinta itu buta,cinta itu suka sama suka antara 2 insan laki-laki dengan perempuan,tapi cinta yg akan di bahas di sini adalah cinta yg menurut islam.
Menurut situs asysyariah.com yang
pernah saya baca dalam mendefinisikan cinta sangatlah sulit jika
dijelaskan dengan kata-kata. Mungkin definisi cinta hanya dapat kita
rasakan. Ibnul Qayyim pun juga pernah mengatakan bahwa :
“Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas, (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri”.
Pada
hakekatnya Cinta itu adalah sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam
(amalan) lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dengan apa yang
diridhai Allah SWT, maka ia akan menjadi ibadah. Dan apabila sebaliknya,
jika cinta itu tidak sesuai dengan ridha Allah SWT maka akan menjadi
perbuatan maksiat (seperti yang terjadi pada zaman sekarang ini).
Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila keliru
menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai
Allah yaitu kesyirikan.
Islam
menyeru kepada cinta, yaitu cinta kepada Allah, cinta kepada
Rasulullah, cinta kepada Agama, cinta kepada aqidah, juga cinta kepada
sesama makhluk, sebagaimana Allah menjadikan perasaan cinta antara suami
istri sebagai sebagian tanda dan bukti kekuasaan-Nya, firman Allah SWT:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. Ar-Ruum: 21)”.
Cinta Menurut Al Qur’an :
1. CINTA MAWADDAH adalah
jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki
cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu
ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan
hampir tak bisa berfikir lain.
2. CINTA RAHMAH adalah
jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap
melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih
memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri.
Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih walaupun ia harus
menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu
memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta
antara orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap
anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an , kerabat disebut
al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan
kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu,
disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah
diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang
disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan
darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim ertinya menyambung tali
kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah
sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.
3. CINTA MAIL adalah
jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedut
seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan.
Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an disebut dalam konteks orang
poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu
kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
4. CINTA SYAGHAF adalah
cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang
terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) boleh jadi seperti
orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyedari apa yang
dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika mengkisahkan
bagaimana cintanya Zulaikha, isteri pembesar Mesir kepada bujangnya,
Yusuf.
5. CINTA RA’FAH yaitu
rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran,
misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak sanggup membangunkannya
untuk sholat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut istilah ini
ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak
menegakkan hukum Allah, dalam hal ini hukuman bagi penzina (Q/24:2).
6. CINTA SHOBWAH yaitu
cinta buta, cinta yang mendorong kelakuan yang menyimpang tanpa sanggup
mengelak. Al Qur’an menyebut istilah ini ketika mengisahkan bagaimana
Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha yang setiap hari
menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama
kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, “wa illa tashrif
`anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)”.
7. CINTA SYAUQ (RINDU), istilah ini
bukan dari Al Qur’an tetapi dari hadis yang menafsirkan Al Qur’an.
Dalam surat Al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu
berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian
diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat Ahmad : ”wa as’aluka
ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika, aku mohon
dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan
untuk berjumpa dengan Mu”. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab
“Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin”, Syauq (rindu) adalah
pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan
kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, (hurqat al
mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi).
8. CINTA KULFAH yakni
perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang
positif meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu,
membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut
Al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang
kecuali sesuai dengan kemampuannya, “la yukallifullah nafsan illa
wus`aha (Q/2:286)”.
Cinta Sejati Menurut Islam :
1. Tidak rela yang dicintai menderita
2. Rela berkorban apapun demi yang dicintai
3. Memenuhi segala keinginan dari yang dicintai
4. Tidak pernah memaksakan kehendak kepada yang dicintai
5. Berlaku sepanjang masa. Cinta tersebut hanya ada antara Khalik dan Makhluk, cinta antara makhluk harus ditambah syarat-syarat berikut:
2. Rela berkorban apapun demi yang dicintai
3. Memenuhi segala keinginan dari yang dicintai
4. Tidak pernah memaksakan kehendak kepada yang dicintai
5. Berlaku sepanjang masa. Cinta tersebut hanya ada antara Khalik dan Makhluk, cinta antara makhluk harus ditambah syarat-syarat berikut:
a. Cintanya tersebut karena Allah S.W T.
b. Harus memenuhi segala aturan yang dibuat oleh Allah SWT.
c. Sex bukanlah cinta dan cinta bukanlah sex, tetapi sex adalah bunga-bunga dari cinta dan hanya ada dalam pernikahan dan hanya dengan yang dinikahi
d. Cinta bukan uang atau harta atau duniawi, tetapi cinta membutuhkan uang, harta dan duniawi.
b. Harus memenuhi segala aturan yang dibuat oleh Allah SWT.
c. Sex bukanlah cinta dan cinta bukanlah sex, tetapi sex adalah bunga-bunga dari cinta dan hanya ada dalam pernikahan dan hanya dengan yang dinikahi
d. Cinta bukan uang atau harta atau duniawi, tetapi cinta membutuhkan uang, harta dan duniawi.
1. Cinta dan kasih Sayang kepada Allah Arrahman Arrahim
Mewujudkan
rasa sayang atau cinta kepada Allah dalam diri seorang muslim adalah
suatu keniscayaan. Karena tidak akan sempurna ibadah seseorang kepada
Allah Azza Wa jalla bila tidak ada rasa cinta di dalamnya.
“Dan
diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah …”
(QS.Al-Baqoroh: 165)
قُلْ
إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ
وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ
كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ
وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ
اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ}
Katakanlah: “Jika
bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu,
harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah
lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di
jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (Q.S. At-Taubah 9: 24)
“Dan
di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka
menyesal).” (Q.S. Al Baqarah 2: 165)
2. Sayang kepada Rasulullah SAW
Mencintai Rasulullah merupakan bagian dari keimanan.
قُلْ
إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31) قُلْ
أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا
يُحِبُّ الْكَافِرِينَ .
Katakanlah,
“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu
berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir
Anas
berkata, Rosulullah bersabda, “Tidak sempurna iman kalian sampai aku
lebih dia cintai daripada dirinya, orang tuanya, anaknya dan manusia
lain keseluruhan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Di antara bukti kecintaan mereka yang hakiki kepada Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, antara lain:
a. Meyakini bahwa Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar
utusan Allah subhanahu wa ta’ala, dan Beliau adalah Rasul yang jujur
dan terpercaya, tidak berdusta maupun didustakan. Juga beriman
bahwasanya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Nabi yang paling akhir, penutup para nabi. Setiap ada yang mengaku-aku sebagai nabi sesudah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pengakuannya adalah dusta, palsu dan batil. (Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin hal: 137, Ad-Durar as-Saniyyah bi Fawaid al-Arba’in an-Nawawiyah, hal 38, Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Shalih Alu Syaikh, hal 56).
b. Menaati perintah dan menjauhi larangannya. Allah menegaskan,
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
“Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr: 7)
c.
Membenarkan berita-berita yang beliau sampaikan, baik itu berupa
berita-berita yang telah terjadi maupun yang belum terjadi, karena
berita-berita itu adalah wahyu yang datang dari Allah subhanahu wa
ta’ala.
وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
“Dan
tiadalah yang diucapkannya itu, menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm: 3-4)
d. Beribadah kepada Allah dengan tata-cara yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tanpa ditambah-tambah ataupun dikurangi. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Juga Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan, “Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak sesuai dengan petunjukku, maka amalan itu akan ditolak.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya (III/1344 no 1718).
e. Meyakini bahwa syariat yang berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setingkat
dengan syari’at yang datang dari Allah subhanahu wa ta’ala dari segi
keharusan untuk mengamalkannya, karena apa yang disebutkan di dalam As
Sunnah, serupa dengan apa yang disebutkan di dalam Al Quran (Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, oleh Syeikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin hal: 138). Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya):
مَّنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللّهَ
“Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah.” (QS. An-Nisa: 80)
f. Membela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala
Beliau masih hidup, dan membela ajarannya setelah beliau wafat. Dengan
cara menghafal, memahami dan mengamalkan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga menghidupkan sunnahnya dan menyebarkannya di masyarakat.
g.
Mendahulukan cinta kepadanya dari cinta kepada selainnya. Sebagaimana
kisah yang dialami oleh Umar di atas, akan tetapi jangan sampai dipahami
bahwa cinta kita kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan membawa kita untuk bersikap ghuluw (berlebih-lebihan),
sehingga mengangkat kedudukan beliau melebihi kedudukan yang Allah
subhanahu wa ta’ala karuniakan kepada Nabi-Nya. Sebagaimana halnya
perbuatan sebagian orang yang membersembahkan ibadah-ibadah yang
seharusnya dipersembahkan hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dia
persembahkan untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Contohnya: ber-istighatsah (meminta
pertolongan) dan memohon kepadanya, meyakini bahwa beliau mengetahui
semua perkara-perkara yang ghaib, dan lain sebagainya. Jauh-jauh hari
Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan umatnya agar tidak terjerumus ke dalam sikap ekstrem ini, “Janganlah
kalian berlebih-lebihan dalam memujiku sebagaimana orang-orang Nashrani
berlebih-lebihan dalam memuji (Isa) bin Maryam, sesungguhnya aku
hanyalah hamba-Nya, maka ucapkanlah (bahwa aku): hamba Allah dan
rasul-Nya.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, lihat Fath al-Bari [VI/478 no: 3445])
h. Termasuk tanda mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, adalah mencintai orang-orang yang dicintainya. Mereka antara lain: keluarga dan keturunannya (ahlul bait), para sahabatnya (Asy-Syifa bi Ta’rifi Huquq al-Mushthafa, karya al-Qadli ‘Iyadl [II/573], Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah [III/407], untuk pembahasan lebih luas silahkan lihat: Huquq an-Nabi ‘Ala Ummatihi fi Dhaui al-Kitab wa as-Sunnah, karya Prof. Dr. Muhammad bin Khalifah at-Tamimi [I/344-358]), serta setiap orang yang mencintai beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga masih dalam kerangka mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
adalah kewajiban untuk memusuhi setiap orang yang memusuhinya serta
menjauhi orang yang menyelisihi sunnahnya dan berbuat bid’ah. (Asy-Syifa bi Ta’rifi Huquq al-Mushthafa, [2/575], untuk pembahasan lebih lanjut silahkan lihat: Huquq an-Nabi ‘Ala Ummatihi [I/359-361]).
3. Sayang kepada sesama
Jarir
bin Abdullah berkata, Rosulullah bersabda, “Allah tidak akan menyayangi
orang yang tidak menyayangi manusia lainnya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Yang termasuk sayang kepada sesama adalah:
Cinta dan Sayang kepada orang tua
Abu
Hurairoh berkata: “Ada seorang laki-laki datang ke Rosulullah, lalu
bertanya, Wahai Rosulullah, siapakah manusia yang paling berhak untuk
kuperlakukan dengan sebaik mungkin? Rosulullah bersabda, Ibumu. Lalu ia
bertanya, lalu siapa? Beliau menjawab, ibumu. Ia betanya, lalu siapa
lagi? Ibumu, jawab Rosulullah. Ia bertanya lagi, lalu siapa? Bapakmu,
jawab beliau. (HR. Bukhori)
Cinta dan Sayang kepada suami atau istri
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah, Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir” (QS.Ar-Rum:21)
Cinta dan Sayang kepada saudara
Anas
berkata: Rosulullah bersabda,” Tidak sempurna iman kalian sampai ia
mencintai saudaranya sebagai mana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR.
Bukhori)
Cinta dan Sayang kepada anak
Abu
Hurairoh berkata: “sewaktu Rosulullah mencium Husain bin Ali, di
dekatnya ada sahabat yang sedang duduk, bernama al-Aqro bin Habis
at-Tamimi. Al-Aqro berkata, saya telah mempunyai 10 anak, tapi saya
tidak pernah mencium satupun dari mereka. Rosulullah memandanginya, lalu
bersabda,” Barang siapa yang tidak punya rasa kasih sayang, maka ia
tidak akan disayangi.” (HR. Bukhori)
Cinta dan Sayang kepada tetangga
Said
bin Abi Syuraikh berkata: Rosulullah bersabda, “Demi Allah, ia tidak
beriman. Allah, ia tidak beriman. Allah, ia tidak beriman. Ada yang
bertanya, siapakah yang Anda maksud wahai Rosulullah? Rosulullah
menjawab, Orang yang tetangganya merasa tidak nyaman dari kejahatan dan
keburukannya.” (HR. Bukhori)
Cinta dan Sayang kepada teman
Anas
bin Malik berkata: “ Aku pernah duduk di sisi Rosulullah, lalu lewatlah
seorang laki-laki. Ada laki-laki lain dari suatu kaum yang berkata,
Wahai Rosulullah, sungguh aku sangat mencintai (menyayangi) laki-laki
itu. Rosulullah bertanya, Apakah kamu telah memberitahukan hal itu
kepadanya? Laki-laki itu menjawab, Belum. Rosulullah bersabda,
Berdirilah, dan beritahukanlah kepadanya. Maka laki-laki itupun berdiri
menghampirinya, ia berkata, Wahai saudaraku, demi Allah, aku mencintaimu
karena Allah. Lalu orang tersebut menjawab, Semoga Allah juga
mencintaimu karena kamu mencintai karena-Nya.” (HR. Ahmad, no.1198)
Cinta dan Sayang kepada hewan
Abu
Hurairoh berkata: Rosulullah bersabda,”pernah ada sorang laki-laki
dalam perjalanan, ia merasa sangat haus. Kemudian ia bertemu sumur dan
turun ke dalamnya, ia minum air sumur lalu keluar. Tiba-tiba ada anjing
yang menjulurkan lidahnya, mengendus tanah karena kehausan. Ia berkata
dalam hatinya, anjing ini mengalami apa yang tadi aku alami. Lalu ia
(turun ke sumur lagi) memenuhi sepatu kulitnya (dengan air), lalu ia
gigit dengan mulutnya lalu keluar, selanjutnya ia memberi minum anjing
tersebut. atas perbuatannya itu, Allah bersyukur padanya dan mengampuni
dosanya. Para sahabat bertanya, wahai Rosulullah, apakah kita akan
mendapat pahala jika menolong hewan? Beliau bersabda, “Kebaikkan kepada
setiap yang punya hati (makhluk hidup) ada pahalanya” (HR. Bukhori dan
Muslim)
Cinta dan sayang kepada tumbuhan
Pesan Abu Bakar ra. Kepada pemimpin pasukannya, Yazid bin Abu Sufyan:
Dan
aku berwasiat kepadamua 10 hal. ” janganlah kalian membunuh wanita,
bayi atau orang tua lanjut usia. Dan janganlah kamu memotong pon yang
sedang berbuah. Dan janganlah kamu merusak gedung atau bangunan. Dan
janganlah kamu membunuh camping atau onta kecuali untuk di makan. Dan
janganlah kamu membakar lebah atau menenggelamkannya. Dan janganlah kamu
korupsi, Dan janganlah kamu berkhianat.” (HR. Malik)
Cinta dan sayang kepada lingkungan
Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-A’raf: 56)
Jika
diperhatikan, konsep kasih sayang dalam Islam lebih lengkap dan
komplit. Sehingga kita tidak perlu lagi konsep kasih sayang dari agam
atau ajaran filsafat kepecayaan lain.
Aplikasi Cinta Dan Kasih Sayang
Jika
kita benar-benar memperaktikkan ajaran Islam secara kaffah (integral),
maka kita akan merasakan besarnya kasih sayang dalam diri kita, dan
orang lainpun merasakannya kenikmatan kasih sayang yang menjadi bagian
dari ajaran Islam. wallahu’alam bishowwab
“Kamu
sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”
( QS. Ali Imran 3:92 )
Secara
fitrah kita mendambakan cinta kasih dari sesama manusia. Sebaliknya
secara naluri kita akan sedih jika orang lain membenci atau memusuhi
kita. Salah satu wujud sesungguhnya dari bentuk cinta dan kasih sayang
dalam islam adalah sedekah, dimana sedekah menyimpan misteri dan
membangkitkan energi yang luar biasa.
Anak
adam yang memberikan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan
kirinya tidak mengetahui lebih kuat dari seluruh ciptaan Tuhan.
Bersedekah dengan tangan kanan dan tangan kiri tidak tahu yang berarti
bersedekah tanpa mengharapkan apapun, tanpa pamer, niatnya sangat bersih
dan ikhlas hanya mengharap ridha Allah SWT saja. Inilah energi sedekah
yang luar biasa.
kamu
menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka
menyembunyikan itu lebih baik. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu
sebagian kesalahan-kesaalahmu, dan Alloh mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS.al-Baqarah 271.)
"Tidak
beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya
sebagaimana mencintai dirinya sendiri. (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Semua
orang mempunya perasaan cinta dan kasih sayang. Sangat rugilah bagi
mereka yang tidak menggunakan perasaan cinta dan kasih sayang yang
diberikan oleh Allah kepada kita. Cinta bukan hanya untuk seseorang yang
kita cintai. Cinta juga untuk Allah, Nabi , Ibu bapa , Keluarga dan
semua orang yang berhak kita cintai. Hargailah rasa cinta hadiah dari
illahi. Islam juga memberikan tips kasih sayang yang dapat diamalkan
umatnya dalam melahirkan rasa cinta:
1. Cintai Allah dan Rasulullah melebihi makhluk.
2. Cintailah makluk dengan penuh persediaan dan matlamat.
3. Perasaan cinta perlu selari dengan kehendak Islam dan tidak melangggar batas agama.
4. Jauhi cinta ke arah maksiat.
5. Sentiasa mendoakan kebaikan dan kesejahteraan orang lain.
6. Hadiri majlis ilmu.
7. Berikan hadiah yang bermanfaat.
8. Binalah Cinta yang hebat sudah pasti bahagia dunia dan akhirat
Sesungguhnya
kasih sayang itu cabang (penghubung) kepada Allah SWT. Barang siapa
yang menyambungnya,maka Allah akan menyambung (kasih sayang-Nya)
dengannya. Dan barang siapa yang memutuskannya, maka Allah akan memutus
(kasih sayang-Nya) dengannya.” (HR. Bukhori)
Begitu
indahnya cinta Islam, cinta untuk Allah, cinta untuk Rasulullah, cinta
untuk orang yang melahirkan kita, cinta untuk orang tua kita, cinta
untuk sahabat kita, cinta untuk orang di sekitar kita, cinta untuk orang
yang akan mendampingi kita nantinya, dan tentunya cinta untuk semua
makhluk-makhlukNya. Namun pada zaman sekarang dan situasi kondisi saat
ini, cinta yang lahir cenderung penuh dengan hawa nafsu, nafsu yang
menggebu-gebu dan menyimpang dari norma-norma agama dan apa yang telah
diperintahkan Allah SWT, serta menyimpang dari sebuah tujuan murni cinta
itu yang sebenarnya. Setiap saat, setiap hari kita terutama pada
kalangan muda bahakan anak-anak pun dibuai dengan lagu-lagu cinta,
dibuat terlena dengan tontonan kisah cinta (sinetron, film) yang
menghanyutkan kita ke dalam dunia khayal yang merugikan. Bahkan sekarang
ini banyak orang yang menyalahartikan makna dan arti dari apa cinta itu
sebenarnya, sehingga mereka terdorong melewati batas pergaulan dan
tatasusila seorang mukmin.
Maka daripada itu, renungkanlah sejenak kawan hakikat sebuah kehidupan kita di dunia ini. Rasullulah SAW bersabda:
“Tidak sempurna iman salah seorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai diri sendiri.” Juga sabda Rasulullah, “Barang siapa ingin mendapatkan manisnya iman, maka hendaklah ia mencintai orang lain karena Allah.” (HR Hakim dari Abu Hurairah)”.
Ingatlah
kawan kita di dunia ini hanyalah mampir minum sebentar. Lihatlah
matahari yang biasa menerangi alam semesta ini, seterang-terangnya dan
sepanas-panasnya dia…saat waktunya tiba, dia juga akan menghilang dan
pulang kembali ke peraduannya, begitu juga dengan apa yang kita miliki
di dunia ini, bahkan diri kita sendiri, jika saatnya tiba, …kita juga
akan sama dengan matahari itu.
demikian
lah Pembahasan tentang Kasih sayang & cinta menurut islam,Semoga
bermanfaat & kita realisasikan serta amalkan dalam kehidupan kita
sehari-hari.mohon maaf jika ada kesalahan dalam pengetikan,mohon kritik
dan sarannya..kesempurnaan Hanyalah milik Allah Swt.
http://mwildansr.blogspot.co.id
http://mwildansr.blogspot.co.id
No comments:
Post a Comment