الحَمْدُ لِلهِ ذِيْ الْفَضْلِ وَالْإِنْعَامِ
جَعَلَ الْحَجَّ إِلَى بَيْتِهِ أَحَدِ
أَرْكَانُ الْإِسْلاَمِ أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ فِي رُبُوْبِيَّتِهِ
وَإِلَهِيَّتِهِ وَأَسْمَاءِهِ وَصِفَاتِهِ الْعِظَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَنْ حَجَّ وَاعْتَمَرَ وَسَعَى بَيْنَ
الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَطَافَ بِالبَيْتِ الْحَرَامِ،
اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا.
أَمَّابَعْدُ. فَيَاعِبَادَاللهِ، اِتَّقُوْا
اللهَ وَاَطِيْعُوْا الرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
قَالَ الله ُتَعَالَى فِى
اْلقُرْأَنِ اْلكَرِيْمِ
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا
عَظِيمًا
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Segala puji
hanyalah milik Allah. Maka tiada hal lain yang lebih pantas untuk kita ucapkan
setalah menyadari nikmat-nikmatNya, kecuali memanjatkan puji syukur kepadanya,
dan senantiasa meningkatkan Taqwa kepada Allah dengan menjalankan
perintah-perintahnya dan menjauhi segala bentuk larangannya, Hanya dengan
integrasi itulah syukur kita menemukan hakikatnya.
Hadirin
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Kini
kita tengah berada dalam suasana bahagia dan terharu, dengan menyaksikan persiapan
pemberangkatan para jamaah calon haji.
Kita rasakan bersama betapa kebahagiaan telah menghiasi wajah mereka dan sejuta
harapan telah tertanam di dalam lubuk hati mereka, manakala saudara-saudara
kita tersebut meninggalkan kampung halamannya terbang menuju kiblat umat Islam
sedunia, memenuhi panggilan AllahSubhanahu
wa Ta’ala.
Tidak ada ibadah seagung ibadah haji, tidak ada
suatu agama pun yang memiliki konsep ibadah seperti konsep ibadah
haji agama
Islam. Haji mengandung seribu makna, merangkum sejuta hikmah. Karena itu haji
merupakan rukun islam yang kelima dalam Islam.
Al-Allamah Abu
Abdillah Muhammad bin Abdir Rahman al-Bukhari al-Hanafi al-Zahid (546 H)
menjelaskan, “Haji adalah bermaksud (berkeinginan dan
bersengaja), dengan maksud dan niat, keduanya menghantarkan seseorang
menuju cita-cita, niat adalah amal yang paling mulia karena ia adalah pekerjaan
anggota tubuh yang paling utama yaitu hati, karena ibadah ini adalah ibadah
yang paling besar dan ketaatan yang paling berat maka disebut ibadah yang paling
utama yaitu al-hajj yang berarti al-qashdu (tujuan).
Tatkala jama’ah haji tiba di depan Ka’bah, maka mereka berputar 7 kali mengelilingi Ka’bah yang disebut dengan Thawaf,
hal ini meng-isyaratkan bahwa Ka’bah bukanlah maksud dan tujuan. Tetapi tujuannya
adalah pemiliknya yakni Allah SWT.
Begitu pula ketika jama’ah haji mencium Hajar
Aswad yang
berarti batu berwarna hitam, bukan berarti bertujuan menyembah batu, melainkan
karena mengikuti Sunnah Rasul. Karena beliaulah yang mencontohkan kita untuk
melakukan yang demikian. Inilah pembeda antara musyrik dan muslim. Dulu orang
musyrik zaman jahiliyyah mencium Hajar Aswad karena bertujuan menyembah batu.tetapi
sekarang Muslim mencium Hajar Aswad demi mengikuti Sunnah Rasul .
Menyentuh Hajar Aswad seorang jama’ah haji harus ingat bahwa ia
sedang berbai’at kepada Allah (pencipta dan pemilik batu yang telah
memerintahkan untuk menyentuhnya). Berbai’at untuk selalu taat dan tunduk
kepada-Nya, dan barang siapa yang menghianati bai’at maka ia berhak mendapatkan
murka dan adzab Allah. Na’udzubillahi Mindzalik.
Selanjutnya puncak dari pelaksanaan ibadah haji adalah berkumpul
di padang arafah yang disebut dengan wukuf di Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah.
Padang Arafah adalah tempat berkumpulnya jama’ah haji dari berbagai penjuru
dunia dengan memakai pakaian ihram, melepaskan kebahagiaan dan kebanggaan dunia
mencerminkan suatu persamaan tidak ada perbedaan antara sesama baik dari
kalangan pejabat dan rakyat biasa sememua menunjukkan rendah diri kepada Allah
Azza wajalla mengharap ampunannya.
Wukuf
di Arafah merupakan rukun haji yang menentukan sah atau tidaknya ibadah haji
seseorang, sehingga layak mendapatkan predikat haji. Rasulullah saw jelaskan :
Haji
adalah Wukuf di Arafah (HR. Bukhari dan Muslim)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah.
Dalam melaksanakan ibadah haji niat begitu utama dan penting,
karena itu perlu di perbaiki dan diluruskan terlebih dahulu beribadah hanya
karena Allah semata. Allah berfirman :
وَأَتِمُّوا
الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ.
“Dan sempurnakanlah haji dan umrah itu karena
Allah”
Karena itu pulalah para ulama menganjurkan bahwa kewajiban pertama
bagi calon haji adalah bertaubat. Bertaubat dari semua dosa dan maksiat, sehingga mendapatkan derajat Taqwa.
Inilah yang di isyaratkan oleh Allah swt. dalam firmannya,
وَتَزَوَّدُوْا
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya
bekal adalah taqwa” (Al-Baqarah: 197).
Kalau calon haji sudah bertaubat, maka ia akan mampu memahami dan
menjiwai syiar haji yang teramat indah itu.
لَبَّيْكَ
اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ
Ia akan menghayati kalimat Talbiyah tersebut, seolah-olah berucap: “Ya
Allah aku datang, aku datang, memenuhi panggilan-Mu, lalu aku berdiri di depan
pintu-Mu. Aku singgah di sisi-Mu. Aku pegang erat kitab-Mu, aku junjung tinggi
aturan-Mu, maka selamatkan aku dari adzab-Mu, kini aku siap menghamba
kepada-Mu, merendahkan diri dan berkiblat kepada-Mu. Bagi-Mu segala ciptaan,
bagi-Mu segala aturan dan perundang-undangan, bagi-Mu segala hukum dan hukuman
tidak ada sekutu bagi-Mu. Aku tidak peduli berpisah dengan anak dan istriku,
meninggalkan profesi dan pekerjaan, menanggalkan segala atribut dan jabatan,
karena tujuanku hanyalah keridhaan-Mu bukan dunia yang fana dan bukan nafsu
yang serakah, maka lindungi aku dari adzab-Mu.”
Lebih
dari itu, semua ibadah haji merupakan kepatuhan dan ketundukan total kepada
Allah sebagai pembuat syariat. Bagaimana petunjuk Allah dalam beribadah,
begitulah kita harus mengerjakannya. Bagaimana perintah Allah kepada orang
beriman, begitulah ia harus sami’na wa atha’na. Dengan demikian ibadah haji
menjadi ibadah yang sangat berat. Selain menyediakan biaya yang sangat besar
dan membutuhkan fisik yang prima, kondisi ruhiyah juga harus terjaga selama
ibadah ini ditunaikan. Maka, sebanding dengan beratnya kombinasi dari ibadah
qalbiyah, ibadah badaniyah, dan ibadah maliyah ini, Allah telah menyediakan
balasan yang luar biasa pula:
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
Haji yang mabrur, tidak ada balasannya kecuali surga. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Demikianlah
sekelumit tentang makna haji, predikat haji mabrur dan gambaran haji yang tidak
mabrur. Semoga Allah menjadikan jama’ah haji kita selamat dalam perjalanan
menuju tanah suci Makkah kembali ke tanah air dengan membawa haji yang mabrur
serta dijauhkan dari haji yang maghrur (tertipu)
dan mardud (tertolak). Adapun kita yang belum melaksanakan ibadah haji, baik yang belum
mampu maupun yang belum mendapatkan kesempatan, semoga Allah menanamkan dalam
hati kita Azzam (Tekad yang kuat dan Niat yang Ikhlas) hanya karena Allah, juga
diberikan oleh Allah “Istatho’a” atau kemampuan, baik kemampuan fisik
maupun materi serta kesempatan umur yang panjang sampai waktu giliran kita
tiba, Amiiin Yaa Rabbal ‘Alamiiin …
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْاَنِ الْعَظِيم، وَنَفَعَنِي
وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الاَيَاتِ وَ الذِّكْرِ الحَكِيْم اَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا وَاَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيمْ – لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِينَ فَاسْتَغْفِرُوهُ اِنَّهُ هُوَالْغَفُوْرُ الرَّحِيمِ